Yang Seo-yeon: ” Am I stupid ? How could I not know. You even kissed me when I was sleeping. That was my first kiss “
Kalau saja ia tidak meledak di Korea sana, menghasilkan angka-angka fantastis dengan berhasil menduduki puncak box-office
selama 3 minggu berturut-turut, menyeret satu juta penonton dalam 8
hari, 2 juta dalam dua minggu dan 3 juta kurang dalam satu bulan,
menjadikannya salah satu film yang paling sering ditonton di kuartal
pertama tahun ini di Korea mungkin saya tidak terlalu peduli dengan
melodrama romantis milik Lee Yong-ju. Menariknya, hampir sebagian besar
penonton Architecture 101 didominasi oleh audiens laki-laki,
kasus yang biasanya jarang terjadi untuk genre seperti ini. Jadi
pastinya ada sesuatu yang spesial di sini sampai-sampai membuat Architecture 101 begitu disukai di sana.
Architecture 101 sendiri
sesungguhnya tidak menawarkan kisah baru, klise malah, tetapi siapa sih
yang tidak suka melodrama klise selama digarap dengan bagus? Ya, ini
adalah kisah tentang boy met girls dan 17 tahun kemudian man meets woman,
jadi ada dua kisah cinta dengan setting waktu berbeda, pelaku yang
sama. Semua bermula ketika seorang arsitek, Lee Seung-min (Uhm
Tae-woong) dikejutkan dengan kedatangan Yang Seo-yeon (Han Ga-in),
temannya di bangku kuliah dulu. Soe-yeon meminta jasa Seung-min untuk
membuatkannya rumah baru dari bekas rumah keluarganya yang terletak di
pulau Jeju. Lalu untuk dapat memahami desain rumah idaman yang
diinginkan Soe-yeon, Seung-min menghabiskan banyak waktu bersama gadis
pujaan dan juga cinta pertamanya itu, bisa ditebak, cinta lama bersemi
kembali pun menghiasi pertemuan mereka.
Semuanya yang dibutuhkan untuk sebuah
romansa modern ada di sini, cinta pertama, CLBK, teman tapi mesra, putus
cinta, ciuman pertama dan segala kegalauan atas nama cinta plus sebuah
desain rumah yang apik untuk menguatkan judulnya. Jelas tidak menawarkan
hal-hal baru tetapi bagaimana Lee Yong-ju, sutradara yang juga lulusan
arsitek yang juga ikut mendesain rumah pinggir laut milik karakter
Soe-Yoen mempresentasikan segala setiap elemen romansa di atas dengan
sentuhan lembut, manis dan membumi tanpa menjadi terlalu terburu-burur
dan kebablasan memainkan emosi penontonnya.
Yong-ju membagi plotnya menjadi dua
bagian besar dalam dua atmosfer cinta berbeda yang sama manis dan
pahitnya. Kedua plot itu kemudian berjalan bergantian bersama alur
maju-mundurnya dengan dukungan cast-nya yang bermain apik. Jika
pada masa lalu karakter Seung-Min lugu yang dimainkan Lee Je-hoon lebih
mendominasi dalam usahanya merebut hati Soe-yeon dengan segala cara
termasuk membuatkannya model rumah idaman Soe-yoen, sebaliknya di masa
sekarang ada bintang serial televisi Han Ga-in sebagai Soe-yeon dewasa
yang berusaha untuk memperbaiki hubungannya dengan Seung-min dewasa (Uhm
Tae-woong). Baik di masa lalu maupun sekarang setiap karakternya sukses
menghadirkan chemistry kuat.
Dan mungkin adalah setting Seoul era 90′an dengan segala cd portable, pager, pentium pertama, rambut bergaya moouse termasuk t-shirt GEUSS (plesetan dari GUESS) yang sempat populer serta tembang-tembang lawas dari duo Exhibition termasuk yang menjadi soundtrack-nya, “Etude of Memory”
tampaknya menjadi bagian penting yang sukses mempesona penontonnya,
membawa mereka mengingat kembali kenangan masa lalu, menyentuh sisi-sisi
personal mereka, kamu bisa menyebut sisi nostalgia Architecure 101 ini sedikit mirip dengan apa yang pernah di buat Sunny tahun lalu, hanya saja ini seperti versi laki-lakinya dengan lebih banyak romansa dan sedikit persahabatan dan karakter.
Kombinasi sebuah kisah pahit-manis
tentang cinta pertama yang canggung berpadu sempurna dengan cerita
pertemuan kembali cinta lama yang dewasa tanpa menjadi terlalu
sentimentil hingga kemudian diakhiri oleh sebuah ending bagus dan
menyentuh plus dukungan aroma nostalgia kental itulah yang sepertinya membuat Architecture 101
menjadi spesial. Mungkin efeknya akan lebih besar dan personal buat
para penonton Korea sana, tetapi bukan berarti kita tidak dapat
menikmatinya, karena tema cinta, apapun era-nya, apapun negaranya selama
digarap dengan baik ia akan selalu menjadi sebuah tontonan yang
berkesan.